Paman-Paman Nabi Muhammad Saw

Paman-paman Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam ada sepuluh orang. Namun yang hidup di masa Islam ada empat orang, dua orang tetap dalam kekufuran dan dua orang lagi memeluk Islam.
Yang tetap pada kekufuran yaitu:
  1. Abu Lahab. Ia telah banyak berbuat buruk kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan keburukan-keburukan yang besar. Bahkan Allah Ta’ala menurunkan satu surat khusus untuknya dan untuk istrinya si pembawa kayu bakar, yang mencela dan memberikan ancaman untuk mereka berdua.
  2. Abu Thalib. Ia telah berbuat baik kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kebaikan-kebaikan yang besar dan masyhur. Diantara hikmah Allah Azza Wa Jalla menetapkan Abu Thalib tetap dalam kekufuran ialah, andaikan ia tidak kafir, tidak terwujud pembelaannya terhadap Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Bahkan Abu Thalib akan diganggu sebagaimana gangguan yang dilancarkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Namun, dengan kedudukannya yang tinggi di sisi orang kafir Quraisy, dan ‘keistiqamahan’ Abu Thalib dalam agamanya (yang musyrik) ini menjadikan orang kafir Quraisy mengagungkannya dan juga ini menyebabkan ia dapat memberikan pembelaan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Yang memeluk Islam yaitu Al ‘Abbas dan Hamzah. Dan Hamzah lebih utama dari Al ‘Abbas. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjuluki Hamzah sebagai asaadullah (singa Allah). Hamzah terbunuh secara syahid dalam perang Uhud. Semoga Allah meridhainya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga menamai beliau sebagai sayyidu asy syuhada (penghulu para syuhada).

Untuk Abu Thalib, Allah mengizinkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk memberikan syafaat kepadanya, walaupun ia mati dalam kekafiran. Ini adalah takhshis (pengkhususan) dari firman Allah Ta’ala:

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ

tidak ada gunanya bagi mereka (orang kafir), syafaat dari orang-orang yang memberi syafa’at” (QS. Al Mudatsir: 48).

Namun syafaat ini tidak membuat ia keluar dari neraka. Abu Thalib berada di permukaan neraka yang panasnya membakar mata kakinya, namun otaknya mendidih. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ

Andai bukan karena (syafa’at) aku, niscaya ia berada di kerak neraka” (Muttafaqun ‘alaih)
Hal ini bukan karena pribadi Abu Thalib secara personal, namun dikarenakan pembelaannya terhadap Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam  dan para sahabatnya.
Penyusun: Yulian Purnama

Komentar