Membentengi Keluarga dari Narkoba

Narkoba perusak generasi bangsa. Keganasan dan kerusakan yang ditimbulkannya, tidak diragukan lagi. Di sisi lain, larisnya peredaran narkoba dikalangan remaja membuat kita geleng-gelang kepada. Sudah selayaknya setiap orang tua dan para pendidik mulai sadar dan berbuat sesuatu untuk membentengi anak-anak dari narkoba. Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim: 6)
The National Youth Anti-Drug (USA, 1998) memaparkan alasan mengapa anak-anak tertarik untuk mencoba atau mengonsumsi narkoba, yaitu:

  • Keluar dari kebosanan/kejenuhan.
  • Untuk merasa enak.
  • Melupakan masalah dan santai.
  • Untuk bersenang-senang.
  • Memuaskan rasa ingin tahu.
  • Mengurangi rasa sakit hati/kecewa.
  • Mencoba tantangan.
  • Untuk merasa dewasa.
  • Menunjukkan kemandirian.
  • Merasa menjadi anggota kelompok tertentu.
  • Supaya terlihat keren.
Dengan melihat sebab-sebab ini, kita pun dapat menyusun strategi dan langkah untuk menjaga keluarga kita dari ancaman narkoba. Diantara banyak langkah dan strategi yang bisa disusun, berikut ini beberapa tips dari kacamata agama dalam membentengi keluarga dari narkoba.
Ajarkan Aqidah Yang Benar
Mengapa aqidah? Karena perkara akidah adalah pondasi dalam pendidikan Islam. Akidah adalah pondasi dalam perbaikan moral. Aqidah yang benar akan memberikan alasan yang tepat bagi seseorang untuk melakukan sesuatu atau untuk meninggalkan sesuatu. Oleh karena dakwah para Nabi dan Rasul diawali dengan perbaikan aqidah, yaitu menanamkan tauhid yang benar. Demikianlah metode dakwah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sebagaimana ketika beliau mengutus Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman:
إنك تأتي قوما من أهل الكتاب ، فادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني رسول الله ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة ، فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد في فقرائهم فإن هم أطاعوا لذلك فإياك وكرائم أموالهم
Engkau akan mendatangi sebuah kaum ahli kitab. Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Aku adalah utusan Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu setiap sehari semalam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, ajarilah mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang faqir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, jauhilah harta-harta mereka”.
Narkoba itu diharamkan oleh agama dan menyebabkan pelakunya berdosa. Namun seseorang akan sulit sekali menghindarkan diri dari larangan agama kecuali ia memiliki keyakinan yang benar terhadap agamanya. Bagaimana mungkin ia bisa takut kepada Allah jika keyakinannya tentang Allah belum benar. Bagaimana mungkin ia taat kepada Rasulullah jika ia belum memiliki keyakinan yang benar bahwa Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallamadalah utusan Allah. Bagaimana mungkin ia bisa menerima dalil, jika ia belum yakin bahwa dalil itu wajib ditaati.
Narkoba adalah candu sebagaimana khamr. Dan lihatlah betapa dakwah Nabi sehingga para sahabat yang ketika itu sudah terlanjur biasa meminum khamr bisa dengan rela meninggalkannya. Itu karena beliau memulainya dengan perbaikan aqidah. ‘Aisyah Radhiallahu’anha menuturkan:
إنما نزل أول ما نزل منه سورة من المفصل ، فيها ذكر الجنة والنار ، حتى إذا ثاب الناس إلى الإسلام نزل الحلال والحرام ، ولو نزل أول شيء : لا تشربوا الخمر ، لقالوا : لا ندع الخمر أبدا ، ولو نزل : لا تزنوا ، لقالوا : لا ندع الزنا أبدا
Surat Al Qur’an yang turun di masa awal adalah surat-surat pendek yang di dalamnya disebutkan surga dan neraka. Hingga Islam sudah menancap erat di hati orang-orang, barulah turun ayat mengenai halal dan haram. Andaikan saja yang turun di masa awal adalah ayat yang berbunyi ‘jangan engkau minum khamr’ tentu mereka akan berkata ‘kami akan minum khamr selamanya’. Andaikan ayat yang turun berbunyi ‘jangan kalian berzina’ tentu mereka akan berkata ‘kami tidak akan meninggalkan zina selamanya’”. (HR. Bukhari 1395, Muslim 19)
 Tanamkan Kecintaan Terhadap Ilmu Agama Pada Keluarga
Karena ilmu akan membawa kepada rasa takut kepada Allah. Semakin bertambah ilmu, semakin bertambah pula rasa takut untuk menentang aturan Allah dan menerobos apa yang dilarang-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sungguh yang paling takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para ulama” (QS. Fathir: 28 )
Dengan ilmu ia tahu betapa rahmah Allah dan betapa keras Adzab-Nya. Dengan ilmu, ia tahu ganjaran baik dan buruk dari setiap perbuatannya. Dengan ilmu, ia tahu untuk apa ia hidup dan akan dibawa kemana hidupnya. Dengan ilmu, seseorang tahu bagaimana menjalani hidup dan jalan mana yang ditempuhnya.
Selain itu, seorang yang jatuh cinta pada ilmu agama, akan ‘kecanduan’ dengannya. Sehingga ia tidak mencari candu yang lain. Semakin cinta ilmu, ia semakin sadar banyak hal dari agamanya yang belum ia ketahui. Hingga ia merasa sangat membutuhkan ilmu. Para ulama kita berkata:
أن حاجة الإنسان إلى العلم اشد من حاجته إلى الطعام والشراب
Kebutuhan manusia akan ilmu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum
 Perbaiki Akhlak Terhadap Keluarga
Jika anak merasa tidak nyaman dengan keluarganya, sehingga ia mencari kenyamanan lain diluar rumah, atau sang anak sudah enggan mendengarkan nasehat orang tuanya, maka periksalah akhlak anda terhadap keluarga. Barangkali akhlak buruk kita yang menyebabkan hal itu. Atau barangkali akhlak kita terhadap keluarga malah tidak jauh lebih buruk dari akhlak kita terhadap tetangga dan teman kerja. Padahal seharusnya keluargalah yang paling layak untuk mendapatkan akhlak terbaik yang kita miliki. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Tirmidzi 3895, ia berkata: ‘Hasan gharib shahih’).
Terutama kepada anak, tunjukkan akhlak yang mulia dan kasih sayang yang hangat. Berikan ciuman, pelukan hangat, candaan, belai rambutnya. Rasul kita Shallallahu’alaihi Wasallam adalah orang yang akhlaqnya paling baik terhadap anak-anak. Anas bin Malik menuturkan:
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالْعِيَالِ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku tidak pernah melihat orang yang lebih sayang kepada anak-anak selain Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam” (HR. Muslim 2316)
Semoga dengan senantiasa memperbaiki akhlak, keluarga pun menjadi tempat yang nyaman bagi anggotanya, sehingga anak tidak mencari kenyamanan lain di luar rumah yang berpengaruh negatif.
 Tanamkan Kebiasaan Untuk Memanfaatkan Waktu
Buatlah anak kita memahami benar betapa pentingnya waktu. Pahamkanlah bahwa di dunia ini kita bersaing ketat. Sampaikan kepadanya bahwa di detik kita merasa nyaman membuang waktu kita, ada orang lain seperti kita yang sedang menambah value dirinya dan membuat kita beberapa langkah di belakangnya. Jika banyak waktu yang kita sia-siakan, kita pun akan jauh tertinggal. Baik dalam perkara akhirat, maupun perkara dunia. Jangan sampai kita jadi orang yang kalah dunia-akhirat.
Rasullullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun senantiasa menyemangati umatnya untuk memanfaatkan waktu dengan baik:
احرص على ما ينفعك ، و استعن بالله عز و جل ، و لا تعجز
Bersemangatlah pada apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah (untuk melakukannya), dan janganlah malas” (HR. Muslim 2664)
Aturlah anak kita agar ia selalu memiliki kesibukan yang bermanfaat. Jangan biarkan ia terlena dengan kekosongan dan kesia-siaan. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menukilkan 2 perkataan hikmah mengenai waktu:
الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ
Waktu itu pedang, kalau bukan engkau yang memotongnya, ia yang akan memotongmu
وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
Jiwamu, jika tidak engkau sibukkan dalam kebenaran, pasti ia akan menyibukanmu dalam kebatilan
(Ad Da’u Wad Dawa’u, 1/156)
 Bimbing Anak Dalam Memilih Teman
Poin ini sejatinya paling penting dalam bahasan narkoba. Karena faktor-faktor pemicu ketertarikan terhadap narkoba sebagian besar berasal dari lingkaran pertemanan. Ingin diperhatikan teman, ingin dianggap keren oleh teman, ingin mencoba yang dicoba oleh teman, ingin menunjukkan jati diri dihadapan teman, ingin dianggap sahabat terbaik oleh teman, rasa senang, rileks dan hangat bersama teman, semua ini perasaan-perasaan yang seringkali muncul dari lingkaran pertemanan. Maka akan bahaya sekali jika teman-teman dari anak kita adalah orang-orang yang bobrok, rusak dan jauh dari agama. Rasullullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberi permisalan mengenai hubungan pertemanan:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
Permisalan teman bergaul yang baik dan teman bergaul yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau tertarik membeli minyak wangi darinya. Minimal, engkau akan tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi akan membuat bajumu terbakar, atau minimal engkau akan mendapatkan bau yang tidak enak” (HR. Bukhari 5534, Muslim 2628)
Aturlah sedemikian rupa agar anak-anak mendapatkan lingkungan pertemanan yang baik di tempat tinggalnya, sekolahnya, kegiatan ektra-kulikulernya, dan aktifitasnya yang lain. Perkenalkan dan dekatkan ia dengan anak-anak yang shalih yang bersemangat memanfaatkan waktunya dalam hal-hal yang positif. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
الرجل على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Keadaan agama seseorang dilihat dari keadaan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian lihat siapa teman dekatnya” (HR. Tirmidzi, ia berkata: ‘hasan gharib’)
 Luangkan Waktu Untuk Keluarga dan Hidupkan Keceriaan
Rutinitas kadang menimbulkan kebosanan. Maka usir kebosanan dalam keluarga. Aturlah waktu untuk bercengkrama dengan keluarga. Sisihkan waktu untuk bermesraan dengan istri atau suami dan bermain bersama anak-anak. Hadirkan kegembiraan dan keceriaan di tengah keluarga. Lihatlah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, seorang Rasul, kepala negara, birokrat, da’i, beliau tetap menyempatkan diri bercengkrama dengan keluarganya.‘Aisyah Radhiallahu’anha menuturkan:
كان الحبش يلعبون بحرابهم فسترني رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا أنظر ، فما زلت أنظر حتى كنت أنا أنصرف
Suatu ketika orang-orang Habasyah sedang bermain tombak. Rasulullah pun membentangkan sutrah untukku sehingga aku bisa melihatnya. Keadaannya terus demikian sampai aku memutuskan untuk berhenti melihatnya” (HR. Bukhari 5190, Muslim 892)
Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga sering bercengkrama dengan anak kecil:
عن محمود بن الربيع قال : عقلت من النبي صلى الله عليه وسلم مجة مجها في وجهي ، وأنا ابن خمس سنين ، من دلو
Dari Mahmud bin Ar Rabi’, aku ingat bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah menyembur air ke wajahku, yang beliau ambil dari sebuah ember, ketika itu aku baru berumur lima tahun” (HR. Bukhari 77)
 Berdoa Kepada Allah
Yang terakhir namun bukan yang paling remeh, adalah berdoa kepada Allah memohon petunjuk dan penjagaan-Nya terhadap diri kita dan terhadap keluarga terutama anak-anak. Mohonlah kepada Allah agar mengkaruniakan keshalihan kepada anak-anak kita. Sebagaimana Nabi Ibrahim‘alaihissalam yang berdoa:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” (QS. Ibrahim: 40)
Sebagaimana juga anak shalih yang dijadikan contoh oleh Allah dalam Al Qur’an, ketika dewasa ia berdoa:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS. Al Ahqaf: 15)
 Semoga bermanfaat.
Penulis: Yulian Purnama

Komentar